Keberadaan pekerja anak bakal menimbulkan masalah luas dan kompleks. Membiarkan anak menjadi pekerja bakal membentuk SDM berkualitas rendah sampai lingkaran kemiskinan.
- Qanun Jinayat Direvisi, Pelaku Kekerasan Seksual akan Dicambuk dan Dibui
- Jelang Akhir Tahun, 5 000 Orang akan Hadir di Training ESQ Amazing You di Tangerang Selatan
- Wapres Maruf Amin Diagendakan Buka Mukernas MUI di Lampung
Baca Juga
Begitu disampaikan Gurubesar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Nunung Nurwati seperti dikutip Kantor Berita RMOLJabar, Kamis (7/9).
"Bagi anak itu sudah jelas akan mengganggu tumbuh kembang dan kehilangan hak-haknya dan mereka akan menjadi SDM yang kualitasnya rendah,” kata Nunung.
Menurut Nunung, hal itu diakibatkan anak sejak usia dini telah bekerja bahkan ada yang tidak sekolah. Mereka juga mempunyai upah yang rendah.
Ketika mereka dewasa, lanjut Nunung, kemungkinan besar bakal menjadi tenaga yang tidak berkualitas, bekerja serabutan, dan terus mempunyai upah rendah.
Apabila terus dibiarkan, kondisi itu berpotensi terulang ketika telah berkeluarga. Mereka bakal kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga berpotensi kembali menjadi keluarga miskin serta mendorong anak-anak mereka untuk bekerja.
“Nah, itulah yang disebut dengan lingkaran kemiskinan,” beber Prof Nunung.
- Berduka Ali Yafie Wafat, Din Syamsuddin: Indonesia Kehilangan Tokoh Ulama Kharismatik
- GKBRAy Paku Alam X Bangga Batik Karya Tangannya Diterima Paus Fransiscus
- Gedung Milik Disdik Difungsikan jadi Markas Bawaslu Jakarta Timur